Senin, 30 Desember 2013

Hulu ke Hilir, Ada Banyak Konflik dari Sepiring 'Lauk' yang Kita Makan (Bagian I)



Beberapa hari kemarin, saya ketemu temen yang mengajak buat kerjasama. Ada restoran besar di Jakarta yang butuh salah satu produk Eazy Freezy dan kayaknya kami ditawarin jadi suppliernya. Ckckck, masa depan naik tingkat menanti hadapan mata. Tapi saya keburu geer, sih. hehehe. 

Pas ngobrol, ketahuanlah berapa patokan harga dasar dari suplier ikan yang lain. Kami semua dari geng Eazy Freezy, komennya sama: gelo murah pisan euy! Aslinya, murah, bahkan penjual ikan di Pasar Ciroyom Bandung pun gak bisa kasih harga segitu. Petani ikan bisa mencekik lehernya masing-masing kalau tahu ikan dihargai segitu murahnya. Tau gak darimana suplier ikannya? yes, VIETNAM.

Vietnam melulu. Saya mau naek tingkat ke level lebih tinggi kepentoknya sama Vietnam. Aahhh! Kemarin Cina, sekarang Vietnam, besok apa? Sesekali dijegal Kebumen atau Tasikmalaya kek gitu… 

Vietnam menancapkan kakinya kuat-kuat di industri perikanan dunia beberapa tahun belakangan ini. Lebih spesifiknya lagi ikan air tawar: ikan lele dan ikan dori. Industri perikanan di Amerika udah kesetrika sama Vietnam. Banyak pabrik yang gulung tikar karena Vietnam punya produk yang lebih murah.  

Saya sampe bertanya-tanya di google. Apa sih yang bikin produk olahan Vietnam murah? Berdasarkan pengalaman dan setelah mata saya keriting baca literatur sana-sini, kuncinya ada dalam satu kalimat berikut ini : Hulu ke hilir, semua dikerjain. Jadi tidak banyak konflik yang campur aduk didalamnya selain kepentingan pemilik yang mau untung besar. Pendek kata, kunci harga ikan murah itu ada di : pakan ikan. 

Vietnam gak hanya ngefilet ikan sekelas pabrik. Mereka juga memelihara ikannya. Ini adalah proses 'tengah-tengah' antara si hulu dan si hilir. Mereka kasih makan ikannya menggunakan makanan yang mereka bikin sendiri. Hulunya adalah makanan ikan (pakan ikan). Hilirnya adalah produk yang kalian nikmati dari meja makan. 

FYI, pakan ikan itu MUAHALnya luar biasa. Najis gila deh pokoknya -atau kaminya yang melarat aja yak :D - Satu karung pakan ikan lele yang saya beli harganya 270ribu dengan berat 30kg. Sekarung pakan cuma cukup buat sehari-dua hari kalau kelasnya udah peternakan kayak kami. Mahal ya. 

Bikin sendiri dong pakannya! Mewek melulu nih petani ikan!
Well, sudah. Setelah percobaan yang ke 15 dan bolak-balik menghabiskan duit di LIPI untuk cek kadar protein, karbohidrat, dan sejenisnya, kami punya pakan sendiri. Sayang masih 'maju kena mundur kena'. Pengerjaan pakannya masih manual sementara ikan lele rampusnya luar biasa eh tenaga kami buat giling-giling pakan udah binasa :D

Vietnam juga memproduksi sendiri pakan ikannya. Pake peralatan canggih-canggih, buruhnya dibayar murah :P Mereka gak ambil dari pabrik pakan yang udah bonafid dari negara manapun. Karena mereka ngerjain sendiri, tidak ada ongkos kirim, bea cukai, pajak, dan segala macamnya itu. Pakan murah, dijualnya pun bisa lebih murah. 

Pakan ikan yang ada di Indonesia kebanyakan buatan luar negeri. Terutama buatan Thailand. Termasuk yang saya suka beli. Pakan lokal juga ada dan produknya lakunya. Cuma sayang distribusinya gak banyak. Pakan lokal di Surabaya baru bisa menjangkau daerah sekitarnya. Di Bogor juga ada. Cuma tetep aja distribusi, promosi, masih kalah jauh dengan pakan buatan Thailand. Buat harga pakan lokal memang lebih murah 1.000 - 2.000. Cuma (lagi-lagi) banyak batasan pembelian minimal yang memberatkan petani ikan kayak kami ini. 

Kondisi tersebut berkebalikan dengan kita di Indonesia. Pemerintah membuka keran lebar-lebar hingga negara lain bisa sederas-derasnya menjual produknya disini. Termasuk pakan ikan. Sementara pakan lokal tidak diperhatikan dan tidak didukung. 

Sudah biasa kan mendengar nasib petani kismin-kismin melulu? karena akar dari semua jenis usaha peternakan yaitu pakannya mahal. Mau dijual pun jatohnya lebih mahal dibanding buatan Vietnam atau India. 

Sebentar... ambil napas dulu. Eungap hehehe :)



Kalau dalam bahasa Sunda, Lauk artinya Ikan. Tulisan kedua ada disini

2 komentar:

  1. teras kumaha solusina kang...?
    tadi namah abdi aya rencana budi daya lele intensif dina bak fiber ,
    tapi ari harga pakan na MAHAL mah sigana mikir 100 kali.....
    keurmah modal na kenging nganjuk :DDDDD
    kang abdi ti bandung,email : iyan.srvc@gmail.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. solusina nya bikin pakan sendiri :D cobian heula browsing meser pakan alternatif. abdi ngadamel oge sih tapi teu acan wantun dipublikasikeun. hoyong ningal heula kumaha hasilna :D

      Hapus