Dalam pencarian pakan alternatif yang saya lakukan, ikan rucah muncul ke permukaan. Keberadaannya menyelesaikan banyak hal. Sayang sekali saya masih jadi peternak lele modal nekad. Begini ceritanya.
Ikan rucah ini ikan-ikan yang tidak layak konsumsi. Mereka ikan kecil yang ikut terjaring pada saat nelayan mencari ikan-ikan yang layak jual (tongkol, tuna, dll). Ugh menggunakan jaring besar bukan cara menangkap ikan yang baik, memang. Ikan-ikan ini biasanya tidak laku dijual untuk makanan manusia. Kalau buat hewan, cocok banget. Apalagi buat jadi campuran pakan alternatif lele. Tahun 2012 saya mulai petualangan saya berburu ikan rucah.
Harga ikan rucah relatif murah. Sebakul Rp 20.000 - Rp 30.000. Kandungan protein di ikan rucah tinggi. Kalau saya baca penelitian di Internet, bisa sampai 44 %. Murah & bergizi dong. Horeee!
Berhubung saya orang gunung, terpaksa saya turun gunung mencari laut dulu. Ke selatan di Garut dan ke utara di Indramayu dan Cirebon. Di selatan saya menemuin para nelayan di daerah Pameungpeuk. Tidak sesuai harapan. Disana ikan rucah gak terlalu banyak (atau saya salah nanya orang, ya?) dan harga jualnya tinggi. Lagipula jarak tempuh dari Bandung ke Garut pesisir makan waktu yang tidak sebentar. Empat jam dari kota garutnya. Tambah dua jam kalau memulainya dari Bandung. Garut Selatan, coret.
Di utara saya menyusuri kampung halaman istri di Indramayu ditemani bapak mertua yang jadi penerjemah :D Lagi tidak sesuai dengan harapan saya. Lainkali saya gak akan berharap banyak deh hahahaha. Di Indramayu tidak semua pantainya punya stok ikan rucah. Pelelangan ikan besar yang saya datangi biasanya tidak menjual ikan-ikan kecil seperti ikan rucah. Jadi saya mencari pelelangan kecil.
Setelah ketemu ikan-ikan kecil ini, mulailah terpikir betapa ribetnya membawa semua ikan itu ke gunung. Mesti sewa kendaraan, mesti punya pegawai buat angkut, mesti dateng pas jam pelelangan ikan kecil, dan masih ada lagi beberapa perhitungan lainnya. Itu kendala teknis di jalan.
Di rumah, di markas kecil, di peternakn mungil saya, ikan-ikan rucah ini mesti saya simpan dalam tempat yang bisa mengendapkan bau amisnya yang tajam dan menyengat. Tetangga saya bisa marah-marah kalau menghirup bau ika rucah. Keselamatan saya terancam :D Faktor bau ini yang bikin saya berpikir ulang.
Ikan rucah gak semurah yang saya kira. Banyak faktor teknis yang membuat harganya jadi lebih mahal.
Kepengan saya sih beli ikan rucah, ikannya dikeringkan, lalu digiling jadi tepung, dan terakhir dicampur dengan bahan-bahan lain. Maka bisa saya dapatkan itu yang namanya PAKAN ALTERNATIF LELE.
Long way to go. Ikan rucah enaknya sudah saya dapatkan dalam bentuk tepung ikan. Bagaimanapun juga, saya pengen yang lebih murah dari itu. Ah yasudahlah, mungkin sementara ditahan dulu kepengen ikan rucahnya ini.
Sy ada ikan duri nila. Bisa digiling utk pakan ikan. Hrg 2000 di semarang
BalasHapusSalut pak! Atas usahanya. Di tempat saya banyak ikan rucah. Sudah saya buat sebagai pakan, namun animo lele terhadap pakan buatan tidak sebesar terhadap pakan pabrik. So.. jika ingin panen tepat waktu dan tidak ingin diribetkan dengan sisa endapan pakan, pakan pabrik masih menjadi pilihan pertama.
BalasHapusTapi jangan berkecil hati dengan usaha pakan buatannya, banyak inovasi tidak akan rugi selama masih ada tekad dan harapan.
Silahkan berkunjung ke blog saya http://panineungan-diri.blogspot.com/2014/02/membuat-pakan-lele-ukuran-bibit-9-11.html
Wah makasih banget, kang :D sekarang lagi berhenti dulu, nih. Formula mah udah ada, tapi kehabisan modal :))
Hapus1. Kalo ikan rucah itu utk dibuat jadi pelet yg dijual di toko2 itu bisa ndak ya? Caranya gmana?
BalasHapus2. Utk yg sudah membudidayakan cacing sutra mohon infonya dika.lusianto@gmail.com